Rencana membangun yang...

 (II)

Hai siapa pun yang membaca ini, aku ingin bercerita. Tapi sebelumnya aku punya satu pertanyaan, mengapa yah saat otak kita re-traumatized, malahan orang-orang yang mencintai kita, justru yang meninggalkan dan bahkan memblokir kita. Orang-orang yang kita butuhkan malahan yang meninggalkan. Mereka malahan yang kemudian tidak memahami, bahkan menjauhi dan menganggap ada yang salah dengan kita. 

Jadi, hari ini beta sempat berkata ke seoarang puan yang beta cintai juga: "Kamu gembira kan". Awalnya beta hanya ingin memastikan dia baik-baik dan ceria dan selalu gembira, tapi jatuhnya malahan beta yang salah. Beta seperti mengatakan bahwa dia tidak gembira. Akhirnya, dia terbuka bahwa dia sudah tidak menghormati beta lagi, pasca beta menelpon dan memaksakan berbicara dengan dia. Beta juga bingung tiba-tiba ini terjadi. Padahal beta hanya ingin memastikan dia baik-baik, dan tidak mengapa-mengapa. Ternyata beta memang salah. Kadang beta berpikir harusnya beta tidak dilahirkan saja. Tapi yah sudahlah. Dia marah, lalu memblokir beta dari semuanya. Beta cinta dia. Aku mendoakan kamu.

Aku minta maaf menelpon mu dan memaksa kamu bercerita. Aku memang tidak baik-baik saja. Di tubuhku terlalu banyak luka. Terlalu amat banyak hingga para konselor dan psikolog juga harus gemetar mendengarkan ceritaku. Aku hanya ingin dipeluk. Maaf yah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar