Aku menulis ini untuk kamu
tempat aku pernah menaruh rindu
dan tempat pernah aku didengar dengan haru
apa kabarmu adek?
semoga kamu adalah segala yang baik yah
aku yakin bebanmu lagi berat-beratnya
aku tidak terlalu tahu keadaanmu, maka aku berdoa
menyerahkan segalanya pada yang menciptakan kamu
setelah kamu memberi batas untuk saling bersua
setelah itu aku ingin berhenti memberi rindu
merawat rindu padamu
ingin berhenti untuk menaruhmu dihatiku
jadi, aku minta maaf yah
aku minta maaf akan segalanya
sudah membuatmu kuatir
malahan menganggu ketenanganmu
apalagi di tengah malam
aku ingin berhenti memikirkanmu saat aku sedang jatuh
lalu tersanduk dan terluka dan ingin bersandar
termasuk tadi pukul 3, 4, 5, 6, 7 subuh
wajahku dipenuhi sungai yang mengalir
tanpa sedikit suara
sedang kepalaku berdebat satu sama lain
dan ingin aku ledakan saja
siapa juga yang bertahan dengan laki-laki seperti ini
hancur, remuk, lelah, tak karuan, itu aku yang sekarang
sejujurnya, satu-satunya alasanku menghubungi kamu
karena kamu pernah bilang:
"Abang, jika kamu disakiti, termasuk oleh pasanganmu nanti, hubungi aku yah."
kalimat ini tertanam manis dihatiku sejak saat itu
makanya kamu orang pertama yang terbang di pikirku
saat hidup membawaku kepada luka-luka lama yang terbuka satu per satu
lalu seperti gelombang timur menghatam tubuhku
sampai-sampai aku hampir tenggelam
pada saat bersamaan kamu pernah berkata
bahwa aku harus bisa sembuh sendiri dan
kamu bukan konselor ku. serta lainnya
itu benar adanya, aku berterima kasih untuk itu
aku belajar untuk menerima sakit
dan lebih menyakitkan lagi karena diriku
yang sekarang tidak bisa mencintai diriku
maka dari situ
kamu juga turut susah karena aku
saat bersamaan percaya pada kata-kata "hubungi aku"
itu menyakitkan karena
saat itu hatiku hancur
mendengar kata-katamu
kamu tidak tahu apa yang terjadi padaku
apa yang aku alami
apa yang aku lakukan
apa yang aku lalui
memang ada beberapa orang bilang aku egois
hanya memikirkan diriku sendiri
dan tidak mau mendengarkan orang lain
apa yang terjadi padaku itu tidak manusiawi
apa yang aku alami itu biadab
apa yang aku pernah lakukan dulu itu penuh jahat
apa yang aku lalui sebagai anak-anak sejak usia tiga tahun
itu tidak baik, sejak saat itu aku tumbuh sendirian
aku juga takut hujan
dan aku juga takut diriku
seorang konselor malahan tubuhnya gemetar
dan merah matanya mendengarkan aku
lalu kira-kira aku harus didengar oleh siapa?
tentunya bukan kamu
bukan kamu
kamu tidak layak mendengarkan segala hal tidak baik itu
maaf yah pernah memaksakan mu mendengarkan aku
saat itu, aku hanya punya dua pilihan, bercerita atau berhenti bercerita:hidup selamanya
aku minta maaf padamu, adek.
maaf sudah bercerita saat kamu tidak siap
membuat pikirmu menjadi ternganggu
maaf menganggu kamu
mengusik ketenanganmu
aku hanya berharap kamu memelukku meski tidak memahami aku
tapi saat bersamaan kamu pun tidak bisa
selain karena kamu sudah sepertinya tidak saling padaku,
tetapi juga si penggambar bangunan itu
aku gembira melihat dia menyuapi kamu
kalian serasi sekali
aku gembira melihat giatmu dengannya
aku jujur mengatakan ini
semoga "kita usahkan rumah itu" dengannya menjadi gembira
tempat buku rasa dan kata-kata tumbuh dengan bebas
dan tenang serta penuh suka dan gembira
sepertinya nanti rumah kalian akan indah
soalnya dia kan pandai di bidang itu
dan kamu pun seorang seniman yang manis di setiap karya-karyanya
aku mendoakanmu, bahkan jika nanti misalnya dengan tidak dengan si dia,
aku berharap segala gembira terus terjadi padamu satu per satu, tumbuh tulus dalam hatimu yang manis
ini puisi terkahir padamu
mulai sekarang, aku belajar untuk melawan rasaku sendiri
melawan setiap kali aku terluka atau gembira dan ingin bersua denganmu
aku ingin berhenti, dan berhenti saat ingin dipeluk, oleh siapa saja
aku benci diriku sekarang, seakan aku pengemis, meminta waktu mu
waktu beberapa temanku, waktu perempuan yang aku cintai,
yang juga meninggalkanku dan sama seperti kamu, memblokirku dari segalanya
aku bagai monster untuk kalian berdua, yang pernah mencintaiku
bahkan bagi mamaku sendiri-hehehe
beberapa waktu lalu mama menarik nafas dalam-dalam dan menangis memanggil nama Tuhan karena aku
hidup membawa terlalu jauh dari biru laut dan hijau hutan, mungkin juga jauh dari harapan-tuhan
"move on" kata beberapa orang
tapi aku juga tidak tahu bagaimana melakukan itu
memang benar aku sebodoh itu
bodoh
tapi yah sudahlah
biar hatiku habis dicabik memoriku
dan perasaanku habis diburu waktu
mungkin suatu waktu aku akan baik-baik saja
mungkin juga tidak
mungkin
memang ini terdengar menyerah-pasrah
seorang teman lama berkata padaku: "dimana riko yang semangat itu"
aku menjawabnya, aku pun tidak tahu
bahkan aku tidak mengenal siapa diriku sekarang
jika ada kesempatan sekali lagi,
aku ingin menggengam tangan manismu
dan menyambung garis tanganmu yang lurus dengan garis tanganku
sekali saja, aku ingin melihatmu tertawa karena candaan recehku
sekali saja, aku ingin melihatmu senyum karena puisi-puisiku
sekali saja, aku ingin mengamatimu mendongeng
lalu, perlahan-lahan terlelap manis
sekali saja aku ingin terlelap mendengar suaramu dan sindenmu
terima kasih
sekali saja
tapi sekali saja
aku berhenti
sampai di sini
mengharapkan
mariiiii
Ambon, 26 September 2025
(jika kamu membaca ini, terima kasih yah hihihi. semoga perjalananmu ke Banda gembira, dan hati-hati dengan gelombang. Semoga ketemu dirimu di sana, dan juga lumba-lumba.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar